Pemerintah Aceh periode baru diminta dapat mengatasi dan mengontrol dengan kuat bagian sistem yang berpeluang pada korupsi. Dalam pemerintahan Aceh.
Demikian kata Pendiri Pusat Kebudayaan Aceh- Turki (PuKAT) Dr. Mehmet Ozay melalui surat elektroniknya dari Johor Bahru, Malaysia, Selasa (29/5/2012). Kata Mehmet, periode baru sekarang sebaiknya menyiapkan diri membentuk sebuah institusi yang menyertakan orang-orang yang berperinsip dan bermoral tinggi dari masyarakat, perusahaan Aceh, perusahaan luar negeri dan NGO internasional untuk membasmi korupsi.
“Setelah dilantik nantinya, dr. Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf, harus mampu mengatasi korupsi di Aceh baik secara umum atau secara implisit juga termasuk faktor dari luar. Dari kini, persiapan untuk itu harus dimulai,” kata Mehmet.
Menurutnya, seperti yang diketahui dalam semua negara jajahan, kebiasaan dan etika masyarakat pribumi berubah seiring dengan jalannya kebijakan pada masa penjajahan, dampaknya masih dirasakan masyarakat tersebut.
Tapi, menurut Mehmet, orang tahu bahwa Aceh tidak pernah sepenuhnya berada dalam penjajahan Belanda. Meskipun begitu, kata Mehmet, setelah merdeka etik kolonialisme diimpor ke Aceh melalui berbagai jalan seperti tekanan tekanan militer selama konflik Aceh selama 30 tahun.
“Refleksi korupsi yang signifikan bisa diindikasikan dalam kebiasaan-kebiasaan pegawai negeri baik dari mereka yang kebanyaknnya datang dari luar Aceh atau dari Aceh sendiri yang mengejar posisi penting dan sudah terbiasa dengan sistem tetap dari luar atau secara sadar menganut sistem tersebut,” kata Mehmet yang juga peneliti independen tentang sejarah Aceh.
Menurutnya, setelah tsunami ketika proses rehabilitasi, ada sumber yang menyebutkan bahwa ada NGO-NGO international yang terlibat korupsi. Salah satu di antaranya adalah yang ia saksikan sendiri.
“Saya sudah berbagi data tersebut dengan beberapa pihak, salah satunya adalah GeRAK. Mereka teryakini untuk bereaksi. Nonetheless, NGO tersebut adalah NGO internasional, GeRAK menginformasikan Departemen Luar Negeri di Jakarta, tapi sebagaimana yang sudah diduga, mereka tidak menanggapi sesuai dengan diharapkan,” kata Mehmet.
Kata Mehmet, saat itu, pihak berwenang dari NGO tersebut datang ke Aceh untuk membersihkan situasi keruh yang dibuat oleh staf mereka dengan berbicara dengan poltabes, polda, GeRAK dan juga departmen luar negeri.
“Saya percaya bahwa mereka juga menyuap dan mengancam secara tidak langsung pekerja pekerja di institusi tersebut demi bisa menyelamatkan institusi mereka yang sudah lama terkenal,” kata Mehmet.
Mehmet mengaku telah lama menulis artikel di media Turki. Beberapa kalangan, menurutnya, dapat dengan mudah menangkap apa yang ia maksud melalui tulisan-tulisan tersebut. Ditambah lagi, kata Mehmet, baru-baru ini ada orang yang diberitakan sudah terlibat korupsi baik secara langsung ataupun tidak.
“Khususnya negara-negara berkembang atau sedang berkembang memberikan perhatian lebih terhadap isu korupsi. Mereka mengerti kalau mereka tidak mengatasi ‘tikus-tikus’ tersebut, sistem ekonomi dan sosial tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan.
“Maka, kita harap, kepemimpinan Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf dapat efektif menyelesaikan masalah korupsi dengan benar dan bertanggung jawab, tentu, itu harus dengan persiapan matang, selektif dan hati-hati,” kata Mehmet.
http://www.acehindependent.com/blog/2012/05/29/pemimpin-baru-aceh-diharapkan-membasmi-korupsi/